#Susupo Cantik; Jodoh Daring

cr

"Jodoh pasti bertemu," kata Afgan.

"Jodoh musti diusahakan," kata salah satu orang yang pernah saya jumpai di satu kesempatan.

Jadi?



Halo!

Setelah sekian purnama terlewati, akhirnya seri #SusupoCantik balik lagi. Mohon dimaklumi, saya dan sahabat saya, Ila, sedang berada di fase hidup yang sangat galau sibuk. Pada akhirnya, kami tersadar kalau seri ini harus dibangkitkan kembali, demi jadi Blogger kece tahun 2020, haha.

Sebagai tulisan coming back, kami berdua mutusin untuk ngangkat tema jodoh. Haha. Usia ini terlalu rapuh dengan pembahasan demikian. Ndak galau sih, hanya sebagai pemerhati dunia millennials, kami berdua kemudian sepakat untuk nulis tentang jodoh daring atau online. Itu loh, di mana orang-orang memanfaatkan platforms di internet untuk mencari pasangan hidup.

Bagaimana pandangan Ila sebagai calon master dan ibu kece di masa depan? Baca di sini, ya!

Aplikasi-aplikasi jodoh daring ini memang lagi mewabah banget. Err, seperti jamur di musim penghujan. Seperti jutaan likes dari gebetan saat doi lagi PDKT, haha. Pokoknya banyak banget. Hm, kalau yang saya perhatikan sih, lebih banyak yang mencari "teman" dibandingkan mencari pasangan hidup yang bakalan dinikahi. Kok saya tahu?

Haha, karena saya anaknya total banget, sebelum membuat tulisan ini, saya sempat mengunduh aplikasi kencan daring yang swipe kiri kalau suka, dan swipe kanan kalau nggak suka. Tahu, kan? Ndak tahu, ya? Ya sudah, nama aplikasinya Tinder. Jadi, karena Tinder ini memang mengakses lokasi kita, kebetulan saat ini saya sedang tinggal di Amerika Serikat, maka jadilah orang-orang yang saya temukan ya bule-bule yang tinggal tidak jauh dari tempat saya berada. Nah, saya membuat profil yang terkoneksi dengan Facebook (tapi saya hanya menampilkan foto profil tanpa ada informasi tambahan). Ajaibnya, dalam 5 jam, sudah ada lebih dari 100 orang yang match dengan saya. Saya dapat ratusan pesan dari orang-orang tersebut. Mereka bilang saya cantik dengan wajah afro saya, haha. Gombal murahan. Ada beberapa yang saya respon, hanya sekadar bilang hai dan selesai. Saya mengunduhnya benar-benar bukan untuk mencari pasangan.



Apa pendapat saya setelah memakainya selama 1 pekan? Oia, saya sudah menghapus profil saya sekarang. Hm, yang saya temukan sih lebih banyak orang yang mencari teman untuk one night stand atau teman bobok-bobok lucu semalaman, tanpa melibatkan perasaan apa-apa. Wahaha, njir! Selain memang budaya one night stand itu udah lumrah banget di sini, ya emang sih Tinder bukan tempat yang tepat kalau kalian mau mencari orang yang serius untuk dijadikan teman hidup. Tetapi, ada kok beberapa yang asyik diajak ngobrol, saya jadi dapat 2 orang teman yang sama-sama punya concern di perjuangan hak-hak minoritas, mereka berdua kebetulan sama dengan saya, mengunduh Tinder hanya untuk "tes ombak". Tidak pernah sekalipun mereka berdua menyisipkan obrolan untuk mengajak saya bertualang di dunia gelap, haha. Asyiknya, salah satu dari mereka adalah aktivis baca di sini, jadi makin nyambung sih. Apakah saya jatuh cinta pada dia? Njir, nggak mungkinlah. We are totally fine in this relationship; pertemanan antar warga negara asing.

Balik ke pembahasan, jadi sebenarnya ada lebih banyak lagi aplikasi perjodohan di luar sana. Ada yang berbayar juga, di mana orang-orang di dalamnya benar-benar serius mencari pasangan hidup. Gawatnya, banyak banget berita yang saya baca kalau beberapa perempuan Indonesia ditipu oleh pasangan kencan daring mereka. Jadi, si bule ini pakai profil palsu, terus mereka keep in touch beberapa lama, dan si pria bule ini minta dikirimin duit, dengan janji mereka akan segera ke Indonesia untuk menikahi si perempuan. As we know, beberapa perempuan Indonesia memang punya mimpi agar bisa menikah dengan bule, biar anaknya kece serupa Chelsea Islan atau Hamish Daud, hehe. It's okay, kok, tapi kita juga harus pintar-pintar gimana nyarinya. Bule nggak semuanya kaya. Nggak semuanya baik. Nggak semuanya gentleman. Mereka juga ada yang brengsek. Kalau memang mau serius mencari pasangan pria bule, ya kita harus background check juga sebelumnya. Banyak banget kasus yang lebih buruk dari penipuan, dan itu bikin saya bergidik ngeri.



Tapiiiii, ada beberapa juga yang berhasil. Contoh nih, salah satu Youtuber favorit saya, Kak Pita, doi nikah sama bule Amrik yang kerjanya di angkatan udara US. Ketemunya di salah satu aplikasi kencan daring. She is blessed. Dapatnya pria bule yang memang serius dan bertanggung jawab. Sekarang doi udah hidup berbahagia dengan keluarganya di Amrik. So yah, semuanya balik lagi gimana kalian memanfaatkan aplikasi-aplikasi daring tersebut. Nggak semuanya buruk, kok. Kalau emang kalian bisa jadi pengguna yang cerdas, kalian bisa dapat koneksi baru, atau bahkan bakal teman hidup yang kece dan berkepribadian.



The bottom line is, jodoh itu harus diusahakan. Usahanya lewat apa aja, daring ataupun luring. Yang jelas, selama kita berusaha dan juga bergerak ke arah yang positif, pasti nanti dapatnya yang sesuai dengan ekspektasi. Saya sendiri gimana? Haha, masih selawww ini. Masih menikmati masa-masa lajang yang menyenangkan. Kalau ditanya mana jodoh, saya bakalan nyengir aja, atau bisa jadi jawab aja minta dikenalin kalau ada yang berpotensi. Nggak ada yang salah, kok.

See you in the next post, Pals!

Gifs from here.

Comments

  1. wah aplikasi sperti ini ada takutnya juga ya kalau orangnya berniat gak serius apalagi tuk yang gak bener, lebih enak di dunia nyata kali ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, makanya balik lagi ke penggunanya, Mbak. Banyak juga yang berhasil, tapi ga sedikit juga yang berakhir di tipu-tipu, atau lebih parahnya human trafficking. :(

      Delete

Post a Comment

Popular Posts