#Susupo Cantik; Dariku yang Juga Anak Tunggal



"Because as an only child, you have your own little world." --Maynard James Keenan


 YUHUUUUU...

Akhirnya bisa balik nulis lagi di sini. Akhirnya bisa update project LDR ini lagi, setelah satu bulan (atau lebih?) ndak bisa menulis. Komitmen itu susah, Komandan. :( *bersihin debu-debu seantero blog*

Ah, ya, tema kali ini adalah ngomongin bagaimana rasanya jadi anak tunggal. FYI, saya memang seorang anak tunggal, yang tidak punya saudara lain di rumah. Jadi ya di rumah itu hanya ada Mama Papa dan kucing-kucing saya. Uhuk, kamu kapan mau nambahin jumlah anggota keluargaku? 




Kebetulan, Ila, partner susupo saya di setiap Senin (dan maaf blogpost ini diposting di hari Kamis), juga adalah seorang anak tunggal, jadi rasanya memang tema kali ini kita banget. Iya kan, Ila? ;)

Baca Punya Ila, yuk!

Banyak yang bilang, anak tunggal itu manja. Hm, Gimana ya? Mungkin kami tumbuh menjadi manja dengan ego yang lebih besar, serius, karena faktor lingkungan. I mean, di rumah kita bisa melakukan segalanya serba bebas tanpa harus takut "bersaing" dengan saudara yang lain. Ketika saya main ke rumah teman yang punya saudara, ya mereka tampaknya setiap hari saling memperebutkan sesuatu atau "bertengkar" soal sesuatu. 

Saya bakal bahas plus minusnya aja deh ya, jadi ini dari sisi saya, seorang anak tunggal, yang bisa saja pandangan saya ini bisa jadi berbeda dengan anak tunggal yang lainnya. Here we go!

+ Menguasai Seisi Rumah
Ini nilai plus yang pertama menurut saya. Sebagai anak tunggal, saya ndak harus berebutan sesuatu dengan saudara saya, misalnya soal makanan atau stok cokelat yang saya simpan di freezer. Pun kalau Papa pulang dari luar kota dan bawa buah tangan, I am the boss. Hampir separuh lebih dari muatan oleh-oleh itu pasti buat saya, mulai dari makanan ringan, kerudung, endebrei endebrei. Belum lagi kalau misalnya sedang masak sama Mama, beliau pasti selalu menanyakan akan masak apa kita hari ini, dan hampir setiap hari menunya adalah makanan favorit saya. Kalau punya saudara? Belum tentu. Teman saya ada yang suka sekali makan petai, tapi dia hanya bisa memasaknya kalau kedua adiknya sedang keluar kota, karena adik-adiknya benci bau petai. Duh, kasihan. :(

+ Mandiri
 Jadi anak tunggal juga bikin saya jauh lebih mandiri. Ketika ada tugas sekolah misalnya, saya jadi tidak punya kakak untuk dijadikan tempat bertanya, dan Papa saya lebih sering berada di luar kota, so yah, saya selalu membiasakan diri untuk menyelesaikan tugas sekolah saya seorang diri. Banyak sekali manfaat yang saya rasakan, sampai duduk di bangku kuliah, saya lebih mandiri dan terbiasa memasang target untuk merampungkan semua tugas akademik dengan baik.

+ Papa Mama Tempat Curhat Utama
Tidak sedikit teman-teman yang merasa risih bercerita apa saja kepada orangtuanya. Biasanya karena faktor ada saudara lain yang juga butuh perhatian dari orangtua, jadi tidak bisa cerita hal-hal remeh kecuali yang penting abis (ini pengakuan teman saya yang bersaudara 4 orang). Bagaimana dengan saya? Duh ya, saya ini orangnya suka sekali cerita apa saja ke orangtua. Literally apa saja. Mulai dari soal akademik, pekerjaan, rencana liburan, mau adopsi kucing lagi, sampai soal snack yang saya makan sewaktu menunggu antrean bayar pajak STNK. Seremeh itu.



+ Kebutuhan Terpenuhi
Ini maksudnya begini, walaupun saya bukan berasal dari keluarga kaya raya bermandikan intan dan berlian (?), tapi Alhamdulillah puji Tuhan, segala kebutuhan saya sampai saat ini terpenuhi. Yang punya saudara juga sih, tapi maksud saya, saya tidak pernah merasakan yang namanya minta dibelikan sesuatu kemudian dijawab "tunggu kakak/adikmu dulu yang mau dibelikan ini itu" oleh orangtua saya. Lagi-lagi, teman saya yang bersaudara 4 orang dan notabene orang berada itu mengakui, kalau dirinya tidak "selega" saya untuk minta dibelikan sesuatu karena ada prioritas lain yang harus didahulukan kedua orangtuanya. Tapi poin ini saya sengaja simpan di akhir karena untuk minta ini-itu buka saya banget. Alhamdulillah setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, saya sudah hampir tidak pernah minta apa-apa sih ke Mama Papa, kecuali printilan seperti minta jajan mie ayam ke Mama atau titip Bon Cabe kalau Papa ke minimarket.

Minusnya? Ada dong ya. *curhat alert*

-Agak Kesepian
Ini jujur ya, saya kadang-kadang juga butuh loh yang namanya "keributan" di rumah, apalagi pas lihat teman-teman saya mengomeli adik atau bertengkar kecil dengan kakaknya, kok saya jadi pengen merasakan itu juga? Haha, tapi sejauh ini bisa diatasi sih, soalnya saya punya banyak kucing dan juga ponakan (anak-anak sepupu) yang bisa ssaya recoki juga.

 
Yang senang saya recoki, tapi mereka kesayangan akuh. :')

-Beban
Serius, ada beban tersendiri bagi anak tunggal seperti saya, yakni merasa segala harapan orang tua ada di pundak saya. Walau Alhamdulillah Mama Papa tidak pernah menuntut apa-apa, tapi saya sebagai anak cukup tahu diri bahwa sayalah satu-satunya harapan mereka, dan saya akan selalu berusaha untuk membahagiakan dan membuat mereka bangga, no matter what. Kalau ada saudara sih asyik kayaknya ya, bisa berbagi "tugas" menyenangkan hati orangtua. Hehe, tapi nggak jadi beban-beban amat sih yang bisa bikin saya depresi. Lemesin aja shayyy.

Udah sih, minusnya ndak banyak. Pokoknya saya bersyukur saja. The bottom line is, apakah saya bahagia menjadi anak tunggal? Oh, JELAS BANGET AKU BAHAGIA, SIST! Saya bahagia sekali, dan sangat bersyukur dilahirkan sebagai anak Mama Papa saya. Pokoknya bahagia dan akan selalu bahagia.

Sampai ketemu di post selanjutnya!
 
 XOXO.



all gifs from here.

Comments

  1. endebreiii haruskah petaii? dari sekian banyak jenis makanan di duniaaaaaa!!! wkwkwkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, iya itu kaaaan, jadi kalau cuma sendiri, biar mau masak apa ya silakan saja. :D

      Delete
  2. Saya juga pengalaman, kelamaan jadi anak tunggal. setelah usia 17 Tahun barulah punya adiikk. Woooow berasa gimanaa gitu mbak reski. yang tadinya segala sendiri sekarang harus berbagi. tapi, menyenangkan hehee. salam kenal ya mbak reski semoga berkenan mampir ke blogku hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Mbak Tya. Wah, pasti bahagia sekali ya, nanti bisa dibagi juga mungkin pengalamannya di blog. Aku meluncur deh ke sana, terima kasih sudah mampir di blogku, Mbak. :)

      Delete
  3. Next time bahas soal anak bungsu yaaa, huhu

    Salam,
    Ara

    ReplyDelete
  4. Kak,mau curhat... aku kan punya cowok,lah cowokku itu anak bungsu(yatim piatu) dan sebelum meninggal itu orangtuanya dia bilang kalau rumahnys itu harus ditinggali sama anak bungsunya(cowokku) itu. Terus di sisi lain aku kan anak tunggal. Biasanya anak tunggal kan ya enang dia yang harus menjaga dan merawat orangtua. Terus yang aku bingung, misalnya udah hadi suami istri, aku harus ikut suamiku atau tetap di rumah orangtuaku merawat mereka kak?😦

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts