Soal Komentar-Komentar yang BIG NO!

cr

Semakin ke sini, semakin gampang kita berkomentar soal satu hal, tidak perlu ketemu langsung, bahkan lewat komentar pendek melalui media sosial pun sudah sah-sah saja. 


Ada beberapa orang yang saya kenal senang dan gampang banget buat berkomentar. Jujur, terkadang ada yang menyenangkan, jatuhnya seperti mencairkan suasana yang kaku, apalagi ketika lagi reuni atau kumpul sama teman lama, kan seringnya kagok ndak tahu mau bilang apa, nah ada jenis teman yang pintar sekali mencairkan suasana dan bikin kita jadi lebih gampang untuk bertukar cerita.

Tapi, ada juga tipe orang yang menyebalkan gampang sekali buat ngomong sesuatu yang pedas sekali, tanpa menimbang apakah lawan bicaranya akan menerima dengan oke-oke saja, atau malah pedih-perih di lambung hati.

1. Kok mukanya jerawatan?

Saya njawab. "Lagi pengen aja, muehehe!"



Ini pertanyaan yang paling sering hinggap di kuping saya, sebagai perempuan yang hobi memelihara jerawat (yakali). Belakangan, pertanyaan ini kurang terdengar lagi, diganti dengan, "Ki, pakai krim apa? Kok jerawatnya sudah ndak ada?", dengan nada kesal biasa saya jawab asal, "Lagi piknik mereka!"

Please, tidak ada orang yang mau wajahnya dipenuhi bintang-bintang berwarna merah dengan nanah di dalamnya, tidak ada. Dan, orang benar-benar tidak tahu kenapa mereka sampai jerawatan. Bisa saja karena stres? Bisa saja karena sedang mau datang bulan? Bisa saja sedang dalam masa purging? So, please, mind your own beauty-soft-creamy face, Barbie!

2. Dih, gemukan, ya?

What? Saya sudah diet padahal loh! *krai*


Menyebalkan, ya? Iya. Kamu tidak pernah tahu seberapa keras orang tersebut sedang menurunkan berat badannya, atau, kamu tidak tahu kalau orang itu bakda masuk rumah sakit dan diinfus yang efeknya bakal bikin chubby, atau, kamu tidak tahu kalau orang itu sedang menjalankan resep dokter untuk menaikkan berat badan karena lagi masa penyembuhan. Kita tidak pernah tahu. Walau komentar ini kesannya basa-basi atau membuka pembicaraan, please don't. 

3. Ya ampun, sekarang kurusan, ya?

gemus diprotes, kurus diprotes. Lah, aku kudu piye?

Lagi-lagi, kita tidak pernah tahu apa alasan orang-orang yang kita temui berubah postur tubuhnya. Bagus kalau alasannya karena hal yang membahagiakan, misal dietnya berhasil, kalau alasannya karena hal yang menyakitkan, misal lagi menyelesaikan skripsi yang terus-terusan dicoret dosbing sampai lupa makan, bagaimana? Kamu ndak bakal tahu, setelah pertemuan singkat dan pertanyaan mematikan itu, dia akan pulang menahan air mata. Who knows?

4. Kapan nikah?

ndak ada pertanyaan lain?!

Melelahkan sekali menjawab pertanyaan seperti ini. Menurut ngana? Semua orang punya prioritas masing-masing. Menikah bukan soal cepat-cepatan, entah itu dilihat dari sisi agama, sosial, budaya, atau apapun. Please, behave your question. Ada yang segera ingin menikah, namun belum dipertemukan, ada yang sudah ingin menikah, tapi harus menyekolahkan adik sehingga biaya menikah dialihkan dulu, misalnya. Setiap orang punya alasan yang menurut mereka baik untuk hidupnya, dan kita -- lagi-lagi -- tidak akan pernah tahu soal itu.

Lebih baik didoakan. Ketemu sama dia pas lagi makan seorang diri? Lemparkan senyum dan sapa saja, tanyakan kabar, jangan tanyakan kapan menikah. Itu ndak keren, Mas-mas dan Mbak-mbak yang telah dianugerahi pasangan indah sepanjang hidup! Meh.


Ada begitu banyak komentar-komentar yang jauh lebih baik diungkapkan saat kumpul sama teman, atau sekedar ketemu di jalan. Banyaaaak sekali, coba posisikan diri sebagai orang yang ditanyai, sakit tidak, enak tidak, apalagi kalau pertanyaan ini dilontarkan di depan banyak orang. Duh, Cantik, Ganteng, tabik, mulutnyaaaaaaaaa!


Tulisan ini juga sebagai teguran untuk diri saya pribadi.
Semua gif dari sini.


Comments

  1. Basa-basinya orang kita yang udah nggak bisa diterima ya. Kalo aku termasuk orang yang bodo amat ditanya apaan jawab aja yg ada di otak, abis dikomentarin/ditanya udah ga pernah dipikirin lagi tuh x))
    *santai abis*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung, Mbak. Hihi, sebenarnya ini kembali lagi ke pribadi personalnya, tapi who knows kan reaksi orang akan bagaimana stlh ditanyai rupa2 begini, bisa saja dia merasa sakit hati atau sedih. Jadi sebaiknya dihindari saja. Kalau saya lumayan memikirkan omongan orang, tapi ndak sampai misuh2, kok. :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts