Review Film: The Odd Life of Timothy Green

cr


Di sini ada yang penggemar film-film Disney? Jika iya, kita samaan dong ya. Ehm, sebagai generasi 90an, hampir seluruh film masa kecil kita diwarnai oleh produksi-produksi Disney, mulai dari Aladdin, Lion King, Mulan, dan baaaaanyak lagi, menjadi kawan ketika kita nonton. Apalagi saat memasuki hari libur natal, banjirlah siaran televisi kita dengan film-dilm dari Disney. Bahkan, film dari Disney inilah yang menjadikan saya jatuh cinta sama salju-saljuan yang ndak ada di Indonesia, sampai karena penasaran sekali, saya akhirnya buka freezer dan keruk-keruk bunga es dari sana yang serupa salju, tapi, kulkas jaman sekarang sudah ndak ada bunga esnya ya. :((( *eh, ini kok sedih?



Nah, satu dari sekian banyak film Disney yang menjadi favorit saya yaitu The Odd Life of Timothy Green ini. Sebenarnya, saya sudah menyaksikan film ini di tahun kedua kuliah dulu, sekira tahun 2013, sebab filmnya rilis tahun 2012, tapi, kemarin selepas kantor, saya kok ya tergoda lagi untuk nonton film ini, dan yes, film ini berhasil membikin saya jatuh cinta lagi padanya (film maksudnya, bukan ke kamu).

Film ini genrenya fantasi, komedi drama begitulah. Hihi, kok ndak meyakinkan banget ya? Iya, genrenya fantasi komedi drama. Jadi, ceritanya, ada sepasang suami istri, Jim dan Cindy Green, yang divonis tidak bisa memiliki keturunan. Sedih ya? Iya. Ada begitu banyak ujian yang singgah di kehidupan setiap orang, dan salah satunya yang diceritakan dalam film ini. Ceritanya, Jim dan Cindy sudah divonis dokter tidak akan bisa memiliki keturunan, sebagaimana pasangan yang lain, pasti mereka sedih bukan main, segala usaha telah dilakukan, tapi rejeki anak belum bisa mereka dapatkan, 

Mereka sampai pada tahap frustrasi (ini ndak typo ya), dan juga putus asa berat. Demi mengurangi rasa sedihnya, mereka kemudian berkhayal dan menuliskan sosok anak impian mereka di atas kertas, kemudian kertas itu dimasukkan ke dalam kotak kayu, dan dikuburkan di halaman belakang rumah, Pada awalnya, saya menyangka film ini genrenya horor, soalnya, pas adegan menanam (?) itu, kok kesanya seram sekali, ternyata saya salah. Lanjut ya, nah, anehnya, tiba-tiba turun hujan deras disertai badai di rumah mereka, iya, hanya di rumah mereka. Ketika mereka telah masuk ke dalam rumah, tiba-tiba masuk sesosok anak lelaki berusia kira-kira 10 tahun ke dalam rumah, dengan badan penuh lumpur. Perkiraan saya, anak itu keluar dari kotak kayu yang mereka tanam. Ajaib? Iya, kan genre filmnya fantasi. :)

Timothy sedang berfotosintesis

Singkat cerita, pasangan Jim dan Cindy bahagia mendapatkan seorang anak laki-laki, mereka menamainya Timothy Green. Timothy tumbuh seperti anak-anak kebanyakan; ceria, dan aktif, ia juga sangat dicintai oleh ayah dan ibunya, malah, Jim dan Cindy terkesan over protective. Nah, magisnya, kaki Timothy ini ditumbuhi daun-daun, yang ketika dipotong, dia akan ikut merasa kesakitan.

Film yang disutradarai Peter Hedges ini porsinya lengkap, ada percintaan, persahabatan, dan kekeluargaan, sayangnya, Peter kurang "ah" dalam mengeksekusi cerita. kesannya lompat-lompat, ompong, dan di tengah cerita, kita dibuat lupa sama konflik awal.

Kehadiran Timothy hanya sekejap saja, setelah daun-daun di kakinya berguguran serupa cinta saya ke kamu yang sudah punah, Timothy akhirnya menghilang. Di situ saya sediiiih sekali, dan akhirnya, pasangan Jim dan Cindy akhirnya menemukan anak asuh baru, saya MAUnya, anak itu adalah Timothy kembali, soalnya sudah jatuh cinta sama sosok Timothy, ternyata... Ah, sudahlah, silakan nonton sendiri jika penasaran. Atau ada yang sudah nonton? Coret-coret dong kesannya terhadap film ini. :)

Sampai ketemu di #RabuReview berikutnya.

Comments

  1. Aku udah nonton dan sedih juga saat Timotynya menghilang... Hikss...
    Daun-daun yang berserakan...

    ReplyDelete
  2. Iya, Mbak Alida. Kok ya aku nangis pas endingnya. :((
    Ah, ya, terima kasih sudah mampir, Mbak. :')

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts