Surau dan Kenangan yang Membeku di Dalamnya




Kamu ingat maulid tujuh tahun silam? Di pagi-pagi buta, saat kita bergegas berlomba untuk mandi di sumur belakang rumah. Bergantian disirami oleh puang aji, lalu tertawa-tawa mengulur waktu agar bisa mandi lebih lama, tapi iming-iming telur warna-warni berhasil membuat kita terbirit-birit berhasil melaju berlomba mengenakan baju terbaik di almari. Baju koko rapi dengan setelan celana kain, tak ketinggalan kopiah favorit,
 dengan wangi deterjen khas mamak.

Bersusulan menuju surau kampung. Menatap tempat sampah surau yang disesaki kertas minyak. Kemudian kita berlarian masuk. Gaduh. Diteriaki Pak Ustadz karena mengganggu barazanji yang tengah berurai. Akhirnya kita duduk bersila, takut-takut menatap sebilah bambu yang dipegang Pak Ustadz, takut dipecut kalau-kalau kita mengacau lagi. Bunyi gemericik air dari tempat wudhu surau bersusulan merdu. Kita masih berdiam sambil meringis ngeri melihat Aco yang dicambuk karena menendang ember songkolo.


Tantangan permainan frasa dari Dik Rika.

Comments

Popular Posts