Mengapa Begitu Jauh Mencari?; Ada Surga di Rumahmu



“Kelak, akan datang anak-anak berlari menujumu, kemudian bergantian menciumimu. Kau akan menjadi surga untuk anak-anakmu.” –Ramadhan kepada Nayla

Adegan pembuka yang berhasil membuat saya mengalihkan pandangan dari arah telepon genggam –kebiasaan yang agak buruk ketika film sudah dimulai, saya masih berasyik masyuk dengan telepon genggam--, benar-benar dari awal film ini sudah mencuri perhatian pandangan, dengar, dan juga menggetarkan hati. Adegan pembuka di mana seorang pasien yang terkulai lemas di atas kereta dorong, derap-derap kaki yang terburu-buru, dan juga alunan kalimat syahadat yang susul-menyusul. Saya terdiam, memusatkan seluruh perhatian saya ke depan, sambil menekan tombol kunci telepon genggam tanpa mengalihkan pandangan sekalipun. Film ini sepertinya akan banyak menguras air mata, dugaan awal saya

****************************************************************


Film ini mengangkat kisah sederhana tentang hubungan antara anak, orang tua, guru, harapan-harapan, dan tentu saja, cinta, yang menurut saya sangat menginspirasi.  Pemeran Ramadhan kecil di film ini berhasil memainkan peran dengan sangat ciamik, juga sangat ekspresif. Adegan demi adegan berhasil ia perankan dengan menuai angka delapan dari saya pribadi, terlebih saat ia membawakan kisah tentang salah seorang sahabat Rasulullah, Uwais Al-Qarni, adegan ini berhasil memancing air mata saya untuk menderas.

Karya garapan sutradara Aditya Gumay yang juga diangkat dari novel berjudul sama karangan Ustadz Ahmad Al-Habsyi ini benar-benar layak untuk ditonton. Film ini mengambil sudut pandang seorang anak terhadap orang tuanya, maka tidak salah jika sepanjang film diputar, saya jadi nangis Bombay gegara teringat kedua orang tua yang sedang jauh.

Karakter selain Ramadhan kecil seperti Nayla, juga turut hadir mewarnai kisah dalam film ini. Hm, menurut saya, Nayla kecil yang cukup membentang jarak terhadap lawan jenis menjadi berbanding terbalik saat karakter Nayla dewasa muncul. Nayla dewasa menjadi sangat ekspesif terhadap apa yang ia rasakan. Dalam beberapa scene, seingat saya, Nayla tampak tidak bisa menyembunyikan perasaan cemburunya terhadap Ramadhan ketika karakter Kirana yang diperankan Zee Zee Shahab muncul.

Adegan-adegan menguras air mata mendominasi keseluruhan film. Tapi, adegan lucu bin kocak tidak ketinggalan juga. Sosok sahabat-sahabat Ramadhan dari kecil hingga dewasa di pesantren, berhasil mengundang gelak tawa penonton. Pemeran Ummi, Buya, serta Ustadz juga berhasil menjadi nilai tambah dalam film ini.

Saya masih ingin berkisah, tapi nanti takutnya menjadi spoiler, jadi begitulah intinya. Film ini sangat wajib tonton, yang sukses mengombang-ambingkan emosi penonton lewat karakter Ramadhan yang menjadi tokoh utama serta pusat cerita dalam film ini.

Pada akhirnya, pesan utama film ini, untuk apa kita mencari surga jauh-jauh; naik haji berulang kali setiap tahun, mengeluarkan begitu banyak uang untuk memberi makan para yatim, dan semua amal baik lainnya, tapi kita lupa bahwa, ada surga yang begitu dekat dengan kita, berada di dalam rumah kita sendiri, yaitu kedua orang tua kita, yang seperti perkataan Rasulullah, adalah mereka perpanjangan tangan Allah, restu mereka adalah ridho buat kita, sedang murkanya adalah derita untuk kita.

Tayang perdana di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 2 April 2015. Sekali lagi, film ini sangat wajib buat ditonton, dan layak untuk diapresiasi.
Ah, ya, jangan lupa membawa sekotak tisu, sebab, saya yakin, air mata akan banyak berlinang ketika menyaksikan film ini.


Senja, 18:19

Comments

Popular Posts