Balada Mahasiswa Semester Banyak



Yakali curhat lagi. Duh, Mak, sekarang tepat tiga tahun lima bulan saya menyandang status mahasiswa. Ingat awal-awal kuliah dulu, excited luar biasa, semangat masuk kampus yang meluap-luap, tugas yang ndak pernah dicicil apalagi telat, wah, pokoknya luar biasa sekali dulu. Dulu. Iya, dulu.




Sekarang? Masih semangat, tapi dalam detak-detak yang berbeda. Nyaris setiap hari, jalan setengah gontai ke kampus, meluk bundelan kertas hasil revisian, kemudian duduk manis di koridor gedung jurusan, menunggu dosen pembimbing terkasih. Kadang terpekur, begini ternyata rasanya menjadi mahasiswa akhir, yang kerjanya hampir tiap hari ketemu dosen pembimbing, cerita ini-itu seputar skripsi, dicoreti sana-sini, diberi nasehat ini-itu, dikasih masukan dan motivasi yang membuat semangat lagi, tapi hati menjerit --ini lebay sepertinya--, melihat banyak sekali coretan-coretan di sana.

Jadi iya, saya proposalan itu pas semester tujuh kemarin. Alhamdulillah lancar, sehat, serta bersemangat. Setelah itu, ngurus persuratan dan perizinan penelitian, kemudian meneliti, bolak-balik Makassar-Takalar naik angkot, diam selama satu jam di angkot, sambil nyetel lagu-lagu mellow ballad terus ikutan nyanyi-nyanyi lucuk, terus membayangkan diri saat itu sudah diwisuda dan sudah pulang kampung. Duh, kata pulang ini selalu kasih saya semangat magis yang bikin semangat menjadi berlipat ganda. :')


Hm, kalau lagi nunggu dosen pembimbing, ya banyakan ngobrol sama teman, cerita banyak hal, semenyakitkan apapun cerita soal jadi mahasiswa akhir, toh, ujung-ujungnya jadi bahan candaan juga sama teman-teman seperjuangan. Kadang saya diam, menekuri gurat lantai koridor, menatap diam saluran pipa pembuangan alat pendingin ruangan, mengunyah permen karet aneka rasa, memerhatikan wajah-wajah gusar di sekitar, atau menulis sepotong puisi. Kalau lihat dosen pembimbing sudah datang, rasa bahagianya ndak terkira, langsung berdiri dari tempat duduk dan segera berlari menghampiri dosbing sambil mengalunkan lagu Seribu Tahun-nya Tulus. Haha, ndak, ding, becanda. Iya, rasanya bahagia sekali melihat dosbing datang, kemudian saling lempar pandang sama anak bimbingan yang lainnya, seperti saling bertukar suara soal siapa yang berhak duluan bertemu dosbing, setelah hasil keputusan disepakati (halah!), orang yang berhak duluan kemudian mengekor bak peri di belakang dosbing. Siap dengan segala nasehat, dan pastinya coretan-coretan revisi.

Kamu kuat, Kio?
Insyaa Allah kuat. Akan selalu kuat. Wah, saya berjuang dan berdoa untuk bisa lulus SNMPTN dulu biar bisa diterima masuk perguruan tinggi ini. Doa dan dukungan orang tua ndak pernah putus, ya insyaa Allah saya ndak bakal menyia-nyiakan apa yang sudah saya usahakan dan dapatkan. :')

Paling "sakit" kalau ditanya kapan wisuda, apalagi kapan nikah. Nah, ini dia, kita (termasuk saya), kebanyakan kurang memerhatikan situasi hati orang yang ditanya. Pertanyaan sejenis ini termasuk daftar pertanyaan sensitif untuk mahasiswa akhir dan juga perempuan usia dua puluh seperti saya. Tolonglah dipahami, Kisanak! *backsound: Terlalu Lama Sendiri - Kunto Aji*

Apa lagi ya? Haha, lama ndak nulis, sekalinya nulis malah pengen curhaaaaaat terus. xD
Ya, begitulah. Doakan saya, semoga akhir April atau awal Mei tahun 2015 ini saya bisa segera yudisium. Sudah ndak sabar rasanya ingin pulang. Bangun tidur menatap langit-langit kamar sendiri, makan masakan Mama sendiri, jalan-jalan di tempat favorit di kota sendiri, duduk sambil nulis puisi di malam berbintang, di jendela kamar sendiri, daaaaaaaaan, segera mengakhiri kesendirian ini. Hihi, aamiin. Mohon doanya, Kisanak! :')

Ya sudah, jarum jam nyaris menunjukkan pukul 22:54. Mata saya sudah ngantuk. Besok harus ke kampus, bertemu dosen pembimbing tercinta.



Reski yang insyaa Allah bakal sarjana. :')

Comments

Popular Posts