Kenalan?


“Because never in my entire childhood did I feel like a child. I felt like a person all along―the same person that I am today.” --Orson Scott Card, Ender's Game


Saya tipe orang yang senang sekali memulai suatu percakapan dengan orang baru. Sekalipun penampakan luar orang tersebut garang, saya akan tetap memulai untuk membuat suatu perbincangan, seperti pada umumnya; perkenalan.


Saya senang membuka percakapan dengan bertanya identitas, jika dia perempuan, maka saya tak segan mengulurkan tangan terlebih dahulu sambil tersenyum hangat. Iya, ini adalah hasil didikan mama saya. Beliau adalah orang yang sangat ramah dan selalu memulai pembicaraan dengan orang lain.

Hal-hal sederhana pada awalnya, seperti nama, sekolah dimana atau kuliah jurusan apa, alamat sampai hobi-hobi di waktu senggang. Jadi kita mulai saja perkenalannya? Saya akan mengambil giliran terlebih dahulu.

Kio, ini nama yang selalu saya pakai ketika berkenalan. Dan, orang selalu heran apa korelasi antara nama lengkap saya dengan nama panggilan saya ini. Entah, tapi saya selalu menjawab bahwa ini adalah panggilan sayang orang-orang terdekat saya kepada saya. Lain lagi, saya juga terkadang dipanggil dengan sebutan Reski, Kiki, Eki, Ling bahkan Sul --disebabkan marga saya, Sululing--, tapi saya senang-senang saja dengan panggilan itu, sepanjang orang yang memanggil saya masih dengan nada yang wajar. Nama lengkap saya sangat panjang, bahkan untuk LJK UN, kolomnya tak muat. Reski Puspitasari Adrin Sululing. Dua nama di belakang adalah nama lelaki paling tampan dalam hidup saya, Bapak. Reski, artinya rezeki atau berkah. Puspitasari, artinya inti atau kebaikan yang terdapat pada sari bunga. Kedua orang tua saya punya banyak harapan dari saya, itu nampak dari nama yang mereka sematkan kepada saya.

Saya perempuan yang sangat melankolis dan perfeksionis. Menonton tayangan pendek tapi sedih (dan menurut banyak orang itu tidak ada sedih-sedihnya) bisa membuat mata saya sembab karena menangis. Perfeksionis, iya, lap kaki di pintu kamar yang miring sedikit saja bisa berhasil membuat hati saya tidak tenang. Saya ingin segala hal mendetail dan cantik.

Pecinta segala yang hijau, buku, anak-anak, hujan dan cokelat. Semua hal tersebut selalu berhasil meredam kekesalan saya. Penikmat puisi dan cerita. Pembelajar yang lumayan keras. Obsesi tinggi dan serba ingin sekarang. Ingin menguasai setidaknya enam bahasa (yang sekarang sudah tiga). Keras kepala dan terkadang menyebalkan. Semua hal tersebut sempurna menggambarkan diri saya.

Suatu waktu, mari duduk sejenak ditemani cokelat panas. Kamu akan tahu bagaimana saya sepenuhnya. Akan saya ceritakan seutuhnya.

16:19 saat otak masih disesaki soal test TOEFL tadi siang.

Comments

Popular Posts