18 Sampai 19



18:00. Langit merona. Banyak gradasi. Cokelat tanah, merah saga, ungu magenta, juga kuning kenari. Ini kesenangan kita. Berselonjor kaki di tanah lapang. Menikmati persembahan langit ditemani suara-suara merdu seluruh menara dari setiap sudut. Bergegas, sayang kita jatuh pada langit. Langit dengan sejuta cantik.

18:20. Kita masih berasyik masyuk menatap langit. Tidak menghiraukan panggilan mamak yang berteriak kencang mengancam pukulan sapu lidi jika tidak segera ke surau. Shalat dan mengaji. Biar kita tak jadi makhluk keji, ucap mamak. Tuhan mendengarkan. Dia turunkan hujan yang menderas, membuat kita terbirit lari menuju rumahNya. Tawa lepas.

18:50. Sekembalinya dari surau, kita diminta mengganti pakaian. Dengan pakaian terbaik. Sedang ada hajatan di kampung sebelah. Marawis mengalun bergema. Opor ayam pasti ada, kesukaanmu. Sambal petai juga pasti tersedia, kesukaanku. Kita bersorak. Berlomba berebut naik ke sepeda tua bapak.

19:00. Semua anak lelaki berkumpul. Sebaya. Kita berlomba naik ke genteng milik Mak Nini, demi seguhan pemandangan yang lebih mengundang takjub. Ada pesta kembang api dari kota. Di atas sini, kita bisa menyaksikan lebih. Semua tertawa, sambil mengunyah kacang goreng di genggaman.

19:40. Bapak berteriak lantang. Waktunya pulang. Kita enggan beranjak, namun kembali diingatkan, shalat isya belum kita tunaikan. Kemudian berebut lagi naik di sadel belakang sepeda. Tertawa-tawa. Kepala kita penuh cerita, bekal obrolan di kelas besok.

21:20. Tantangan permainan frasa dari Kak Adi.


Comments

Popular Posts