Catatan Pinggir di Waktu yang Lengang

Saya mencintai derap-derap sepatumu, Tuan. Pun, saya cinta anak-anak rambut yang selalu nakal menepuk jidatmu. Tak pernah alpa pula rasa cinta saya lahir ketika harus melihat kilat matamu saat membaca buku-buku tebal di sudut perpustakaan tua di kota kita. Cinta selalu mendikte hati saya untuk menekuk sayang pada tulisan-tulisan acakmu di buku notes hitam yang selalu kau bawa di ranselmu yang berwarna senada.

Kata-kata selalu bermuntahan dari bilik kepala saya, ketika saya harus berhadap pada bebayangmu. Tuan, sebegitu candunya kah kau di lahan kepala saya? Iya. Iya. Selalu iya. Saya seperti tak punya jawaban lain ketika pertanyaan "Apakah saya jatuh cinta padamu, Tuan?" menyapa.

22:55. Malam yang menua di ujung detak jam.

Comments

Popular Posts