Teach Your Children Well



Meminjam salah satu judul tulisan blogger favorit saya, judul ini memancing otak kanan saya untuk menulis hal-hal yang menjurus pada kebiasaan orang tua, khususnya para ibu dalam mendidik buah hati mereka. Sangat disayangkan, jika anak-anak mungil nan lucu itu tumbuh di bawah bimbingan yang berbau serba kekerasan dan tendensi dari orang tua mereka sendiri.


Kemarin, sewaktu di angkot, saya duduk berhadapan dengan sepasang ibu dan anak. Usia putra ibu itu kurang lebih empat atau lima tahun. Tiba-tiba dalam perjalanan, si anak merengek minta dibelikan mobil-mobilan truk oleh ibunya. Ibunya emosi dan mulai mencubiti paha si anak, lengkap pula dengan makian dan lain sebagainya. Bukannya diam, si anak malah menaikkan volume suaranya beberapa oktaf sehingga melengking tinggi dan membuat penumpang lain merasa terganggu. Wah, menurut saya pribadi, apa salahnya menenangkan si kecil terlebih dahulu agar mereka tenang, jangan langsung main tangan dan makian. Miris sekali.

Saya pernah membaca salah satu buku yang berjudul Catatan Hati Bunda karya Asma Nadia, salah satu penulis favorit saya. Saya belajar cukup banyak mengenai bagaimana menjadi ibu yang baik. Terlepas dari Asma Nadia adalah seorang ibu yang panikan, tapi beliau punya cara yang sangat jitu membuat efek jera terhadap anak-anaknya yang nakal, tanpa menggunakan kekerasan sama sekali.

Waktu itu Caca (nama anak Asma Nadia) yang berumur 4 tahun, membuat kekacauan kecil di rumah. Asma Nadia hanya seorang manusia biasa, yang tentu saja tak lepas dari rasa marah. Namun, marah Asma Nadia dikelolanya dengan bijak. Dia hanya menatap si anak dan mengatakan kalau ia nakal lagi, maka Asma akan mengurungnya dalam kamar mandi. Bola mata Caca menatap mata ibunya dalam. Lalu Asma tak ingin sekedar mengancam, ia kemudian membuka kamar mandi, dan masuk bersama Caca dan menutup kamar mandi tanpa menyalakan lampu. Ia memakaikan Caca jaket agar tak kedinginan. Di dalam kamar mandi, selama kurang lebih dua jam, Asma tak mengeluarkan suara sama sekali. Tentu saja hal demikian membuat anak usia 4 tahun merasa sangat ganjil. Sambil berbisik pada Asma, Caca berkata lembut,

"Bunda, maafin Caca. Caca ga' akan mengulangi kenakalan Caca!"

Iya kan? Ternyata hukuman yang bukan sekedar ancaman dan tanpa menggunakan kekerasan fisik cukup ampuh mengatasi kenakalan anak-anak kecil. Berbagi pengalaman, waktu itu, saya dan keluarga berada dalam satu mobil ingin berangkat keluar kotaa, dan di dalamnya ada tante saya beserta anaknya yang masih berumur lebih kurang tiga tahun. Si anak tak henti-hentinya berteriak dan membuat ulah di dalam mobil, si ibu menjadi geram dan balas berteriak bahwa jika si anak masih tetap berbuat ulah, maka ibunya akan mengeluarkannya dari mobil dan meninggalkannya di tengah jalan. Cukup berhasil, anak itu menjadi diam. Namun tak lama setelah itu, si anak kembali berteriak dan berbuat lebih nakal lagi. Tante saya mengeluarkan ancaman yang sama, namun naluri anak kecil itu cukup kuat, pasti ia berpikir, mana mungkin ibunya akan tega meninggalkannya di jalanan, sedang daritadi ibunya hanya mampu mengancam. Yah, anak kecil tak sebodoh apa yang kita pikirkan.

Hm, begitulah. Mulai dari sekarang, mari kita belajar, bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk mutiara-mutiara kecil kita kelak. Kekompakan orang tua dalam mendidik putra-putri mereka juga sangat mengambil peran penting dalam mencetak generasi-generasi cerdas dan berkualitas. :)

Comments

  1. Siapa tahu ibu sedang tidak sabaran. Banyak pikiran mungkin. Siapa tahu.

    ReplyDelete
  2. Yah, tapi sebagai ibu yang bijak, bagaimana kita harusnya bisa mengelola rasa marah itu. Jangan sampai dilampiaskan ke anak-anak, apalagi yang masih kecil. :)

    ReplyDelete
  3. Teach your children well! Kadangkala hukuman memang perlu, namun perlu kearifan untuk menerapkannya. Salam kenal.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts