Move On, Menemukan Jalan Baru
cr |
"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever..."
Entah kenapa, hari ini saya ingin menulis tentang move on. Belum move on, Ki? Itu pertanyaan beberapa orang yang mengenal saya dan tahu tentang hubungan gagal saya yang sebelumnya. Hubungan yang sebelumnya saya yakin kalau he is the one, dan ternyata, setelah negara api menyerang, semuanya berubah. Cerita-cerita masa depan yang saya selalu utarakan pada dia, terbang sia-sia seperti asap knalpot di langit Jakarta. Busuk.
Saya benar-benar serius masa itu. Saya tidak pernah punya hubungan romantis dengan pria manapun sebelumnya. Di masa sekolah, saya hanya fokus dengan akademik. Fokus yang mengantarkan saya menyabet juara kelas setiap semester, mewakili sekolah untuk perlombaan ini itu, dan juga lulus cepat dan tepat waktu dari bangku universitas. Tidak ada sekali pun waktu untuk memikirkan hubungan romantis dengan seseorang. Sampai akhirnya saya merasa kalau ini sudah waktunya --di mana saat itu sudah punya penghasilan sendiri-, dan saya bertemu dengan seseorang yang menurut saya tepat saat itu, maka mimpi-mimpi mulai saya bangun bersama dia. Mimpi-mimpi kecil dan besar yang saya harap akan saya lunasi bersama dia. Dan lagi-lagi, setelah negara api menyerang, semua hancur lebur sia-sia. Punah.
Saya benar-benar serius masa itu. Saya tidak pernah punya hubungan romantis dengan pria manapun sebelumnya. Di masa sekolah, saya hanya fokus dengan akademik. Fokus yang mengantarkan saya menyabet juara kelas setiap semester, mewakili sekolah untuk perlombaan ini itu, dan juga lulus cepat dan tepat waktu dari bangku universitas. Tidak ada sekali pun waktu untuk memikirkan hubungan romantis dengan seseorang. Sampai akhirnya saya merasa kalau ini sudah waktunya --di mana saat itu sudah punya penghasilan sendiri-, dan saya bertemu dengan seseorang yang menurut saya tepat saat itu, maka mimpi-mimpi mulai saya bangun bersama dia. Mimpi-mimpi kecil dan besar yang saya harap akan saya lunasi bersama dia. Dan lagi-lagi, setelah negara api menyerang, semua hancur lebur sia-sia. Punah.
Dan, ya, dia pergi. Meninggalkan saya. Untuk perempuan lain. Haha, btw, kalau misalnya suatu saat perempuan itu nyasar ke sini, I just want to say, I make him better for you, Girl. Selamat.
Lah, terus kenapa dong saya nulis soal ini? Apa masih sakit hati? Masih belum move on? Jujur, sulit kalau bilang ini ga ada apa-apanya, Jujur, sakit lah hati saya. Jujur, kalau mau dibilang sudah totally move on, ya ga setotal itu juga. Tapi, prinsip saya adalah mari memaafkan dan melupakan, bagaimana pun kita pernah berbahagia. Dan lagi, dia yang pergi berkhianat, dan saya bisa jamin ga bakalan bisa dia menemukan perempuan sekeren saya di masa depan dia, haha.
Saya menangis kala itu. Terlebih pas tahu dia sudah sama yang lain, sementara saya masih struggling untuk pulih dari rasa sakit. Saya yang kayak "Kok ya cepet banget, ya? Apa saya memang banyak kurangnya di sana-sini?", tapi kemudian saya meyakinkan diri kalau memang dia bukan orang yang tepat untuk saya. Dia memang tidak ditakdirkan untuk saya. Dia berhak bersama orang lain, saya pun demikian. Legowo.
Apa semudah itu? Oh, tentu saja tidak, Pemirsa! Saya butuh banyak waktu untuk sendiri. Kadang-kadang, saya masih nangis diam-diam dan mengutuki diri sendiri, merasa kalau diri saya penuh kekurangan dan mungkin karena itu dia pergi dan memilih bersama dengan perempuan lain. Saya mengingat ada berapa banyak cerita-cerita dan mimpi-mimpi hebat di kepala saya yang sudah saya ceritakan ke dia. Ada begitu banyak ide tentang akan jadi sosok seperti apa saya di masa depan (ah yes, saya anaknya visioner dan ambisius), dan pokoknya semuanya jadi bercampur-campur dan bikin dada saya sesak. Tapi kemudian, beruntung orang-orang di sekitar saya sangat mendukung dan selalu bilang kalau saya berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dari dia. Duh, cinta pertama memang sesusah itu ya bikin move on?
Sekarang, saya sedang berusaha untuk memafkan diri saya, memaafkan dia, memaafkan kebodohan-kebodohan masa lalu saya, dan berlajar berdamai dengan apa yang sudah saya lewati. Saya tahu, kalau semuanya adalah pelajaran yang berharga untuk kehidupan saya di masa yang akan datang. Saya tahu dan paham betul, kalau semua ini menempa saya untuk jadi lebih baik dan matang ke depannya.
Untuk pembaca yang sedang melalui masa-masa yang seperti saya ceritakan di atas, hang in there. Kalian kuat. Kalian pasti bisa melalui semuanya. Move on memang ga semudah membalikkan telapak tangan, tapi juga ga sesulit membalikkan telapak tangan gajah, kok. Hihi. Tenang saja, semuanya akan berlalu. Semuanya akan terlewati. Yakin saja. Kalian harus belajar bagaimana menerima semua pembelajaran masa lalu. Past is past. Kalau kalian yakin, pasti kalian akan menjadi pribadi yang lebih kece di masa depan. Ga apa-apa menangis, tapi nangisnya yang kuat sekalian, setelah itu, berhenti, berjanji pada diri kalian sendiri kalau itu adalah tangisan terakhir untuk dia. Sia-sia banget untuk menangisi orang-orang kampret yang mengabaikan kebaikan-kebaikan yang kita kasih dan persiapkan untuk dia di masa depan. Apalagi kalau dia udah punya yang baru dan memang awalnya dia yang berkhianat. Rugi banget! Kan? Lebih baik fokus perbaiki diri untuk jadi personal yang lebih kece, fokus ke studi kalau masih di jenjang akademik, fokus berkarier dan bertumbuh jadi keren di bidang yang kalian tempuh. Membuka hati baru dan menemukan jalan baru tidak ada salahnya, tapi kalian harus yakin betul, bahwa ketika kalian menempuh perjalanan menemukan berikutnya, pastikan kalau itu bukan untuk ajang balas dendam.
Yuk, sama-sama move on dan bertumbuh jadi makin kece!
Virginia, Februari yang masih dingin, 2018
semangat ki, be your self. Semoga menemukan pria yang jauh lebih baik ya. Perginya dia menunjukkan bahwa ia memang tak cocok untukmu. Percaya saja akan ada yg jauh lebih baik
ReplyDeleteExactly. Terima kasih, Mbak Maya. Aamiin utk doanya.❤️
ReplyDeletesemangat terus kak
ReplyDeletePaket streaming