Sekolah di Amerika - Wawancara CCIP
Setelah menerima surel soal panggilan wawancara, waktu kembali melesat cepat-cepat...
Waktu itu saya makin asyik di tempat kerja, dapat tugas baru yang lumayan menantang, jadi hampir lupa kalau saya punya panggilan wawancara beasiswa CCIP dari AMINEF. Waktu itu, saya berpikir akan seperti apa ya pertanyaan yang ditanyakan, sebab jurusan yang saya pilih itu sesuai dengan pekerjaan saya waktu itu, Jurnalisme.
Tidak terasa, 1 minggu sebelum keberangkatan ke Jakarta, saya mulai blogwalking soal pengalaman-pengalaman senior yang sudah lulus di tahun-tahun berikutnya. Lumayan juga yang sudah menulis pengalamannya, jadi saya bias berkaca dari situ. Satu garis poin yang paling penting, kuasai esai yang sudah kita tulis di aplikasi. Saya akhirnya coba nengok-nengok lagi esai yang kemarin saya kirim. Ah, ya, kalau mau daftar CCIP dan nanya-nanya soal esai, boleh juga kok, insyaallah saya bantu sebisa mungkin.
Karena esai yang saya tulis memang benar-benar hasil pemikiran dan curhatan diri sendiri, jadilah saya paham betul apa yang saya tulis. Saya cuma baca sekilas dan langsung bikin deh beberapa kemungkinan pertanyaan yang hadir saat wawancara nanti. Semacam memposisikan diri sebagai penanya saat melihat esai sendiri.
Nah, sebelum berangkat, baju yang akan saya kenakan di hari wawancara itu resletingnya bermasalah. Di siang bolong, Papa Mama saya membantu untuk membawa ke tukang jahit, soalnya saya sedang kurang enak. Mereka berdua naik motor, panas-panasan pula. Mereka ternyata pergi ke pasar di kota, soalnya penjahit dekat rumah sedang tutup. Duh, waktu itu ketika Mama cerita, saya jadi pengin nangis huhu. Mama sempat bilang waktu itu, kamu pasti lulus. Pasti. Saya mengaminkan dalam hati. Doa kedua orang tua memang paling manjur, Kawan. Jadi pesan saya, kalau kalian pengin mencapai sesuatu, di samping berusaha dan berdoa, mintalah restu orang tua dan keluarga kalian banyak-banyak. Mereka itu perpanjangan tangan Tuhan.
Tiba di Jakarta, untuk yang berasal dari daerah seperti saya, jangan khawatir, AMINEF itu super baik. Smeuanya ditanggung. Kalian bakalan dapat tiket pesawat PP, akomodasi nginap di hotel (kalau saya kemarin nginap di Whiz Cikini Jakpus), terus dapat uang jajan pula 300 ribu. Saya kemarin dijemput sama Om dan Tante yang sudah jadi warga Jakarta. Setelah tiba di hotel, saat itu saya masih sendirian, karena di kamar kita bakalan dapat roommate. Waktu itu roommate saya Mbak Putri, orang Jogja tapi domisili di Wakatobi. Setelah tiba di hotel, saya memutuskan beristirahat sejenak sambil mengumpulkan tenaga untuk wawancara keesokan harinya.
HARI WAWANCARA
DOH. Rasanya nano-nano. Pagi-pagi saya sudah siap, sarapan di hotel, lalu kemudian ngorder Grab Car sama teman-teman yang lain. Kita diwawancara di kantor AMINEF di Intiland Tower. Duh, bangunan gedungnya saha sudah mengintimidasi sekali. Haha. Tapi jangan takut. Banyakin berdoa, dan jangan lupa telepon orang-orang tercinta kalian sebelum wawancara. Ingat, pakai pakaian yang sopan. Boleh pakai baju batik sama rok atau celana bahan. Beberapa teman cowok saya kemarin juga ada yang pakai jas. Senyaman kalian aja bagaimana.
Saya kemarin dapat jadwal wawancara pukul 11 pagi. Beberapa teman sudah masuk duluan. Mereka keluar dari ruangan wawancara dengan mimik yang berbeda-beda. Ada yang senyum, ada yang dieeeeem aja, ada yang sumringah, ada juga yang super bahagia. Saran saya sih, ndak usah lagi tengok-tengok esai kalian saat sudah di tempat wawancara. Rileks aja. Ambil majalah di ruang tunggu, terus baca-baca, atau dengarkan music kesukaan kalian. Saya jamin itu ngebantu banget. Ndak usah lagi terbebani dengan esai kalian saat sudah di kantor AMINEF. Rileks.
Saat tiba giliran saya, saya pun masuk dengan bahagia. Mas Dion, salah satu staf AMINEF yang kedepannya ngebantu saya banget sebelum ke Amerika, mempersilakan saya masuk dan duduk di ruang tunggu sebelum wawancara dimulai. Saya dikasih "bekal" gitu, seperti perkenalin diri, asal, dan jurusan tidak lebih dari 5 menit, usahakan bilang terima kasih sebelum menjawab pertanyaan dan setelah selesai menjawab pertanyaan, itu sih seingat saya. Oia, jangan tegang pokoknya.
Kemarin saya dapat pewawancara 3 orang. Beda-beda juga sih, beberapa teman saya dapat 5 orang. Saya kemarin dpatnya 2 orang Amerika, dan satu orang Indonesia alumni Fulbright, beliau juga lulusan ilmu jurnalistik. Saya sempat deg-degan waktu dia bilang gitu. Dududu.
Durasi wawancara tiap peserta beda-beda. di kasus saya kemarin, saya "cuma" kebagian 20 menit. Teman saya ada yang 40 menit, dan lain-lain. Pertanyaannya pun standar berdasarkan esai yang kalian tulis.
"Kenapa kamu pilih jurusan ini?"
"Kenapa kami harus memilih kamu?"
"Bagaimana kamu melihat diri kamu 10 tahun akan datang?"
"Apa kekuatan terbesar dan kelemahan terbesar yang kamu miliki?"
Standar begitu sih pertanyaan yang saya dapat kemarin. Ah, ya, mereka juga sempat bertanya di mana Luwuk Banggai itu, soalnya mereka tidak pernah mendengar soal daerah asal saya. Di situlah saya paling antusias bercerita soal kampong halaman. Saya juga ditanya sama mbak jurnalisnya, menurut saya apa koran itu masih bakalan bertahan ndak 10-20 tahun akan datang. Alhamdulillah saya bias menjawab dengan baik semampu saya.
Keluar dari ruangan wawancara, saya sebenarnya merasa jawaban yang saya kasih masih kurang "nendang". Tapi bismillah saja. Saya sudah melakukan versi terbaik yang bias saya lakukan. Saya kembalikan semuanya ke Allah. Kalau memang itu punya saya, pasti ndak bakalan tertukar.
Setelah pulang dari kantor AMINEF, saya langsung kabur dong cari makan siang biar ndak makin deg-degan. Hehehe.
Buat kalian yang bakalan menghadapi wawancara CCIP ini, jangan takut. Kuasai dan kenali diri kalian dengan baik. Jangan deg-degan. Pewawancaranya ndak gigit, kok. :)
P.S: Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi ndka bias dijadikan patokan untuk kalian yang bakalan daftar CCIP. Saya hanya sekadar berbagi pengalaman saja. Jika ada yang mau ditanyakan, silakan drop di kolom komentar atau kirimi saya surel. Bakalan saya jawab semampu saya, insyaallah.
XOXO,
Kiki
Assalamualaikum ka..
ReplyDeleteSaya Eva dr Jakarta..Tahun ini Insya Allah saya mau coba CCIP..essay Insya Allah sudah siap juga. Tapi aku tuh masih bingung menjawab pertanyaan bagaimana kamu melihat diri kamu 10 tahun mendatang? Boleh dishare maksudnya apa ya?lebih ke pencapaian atau apa ka? Duhh maaf yaa..heheh
Terima kasih ka..
Hi! Thanks for sharing!
ReplyDeleteMau tanya, dulu kamu pakai TOEFL jenis apa utk pendafataran diawal? ITP/IBT/PBT?
Salam,
Della