#SusupoCantik: Musikmu adalah Dirimu?
Music expresses that which cannot be said and on it is impossible to be silent. --Victor Hugo
Judul saya ada tanda tanyanya, soalnya memang saya mau cari jawaban lewat tulisan ini. Biasanya, saya akan menulis dulu panjang-panjang, belakangan baru saya tentukan judulnya, sekarang, saya memang benar-benar ingin menemukan jawaban dari judul yang sudah saya tulis di atas, semoga di ujung tulisan nanti, ada kamu jawabannya di sana.
Nah, kalau bicara soal musik, hampir semua orang suka ya. Dari anak kecil, remaja dede-dede gemes, sampai dewasa muda dan juga para tetua. Pokoknya semua suka yang namanya musik. Poin yang saya mau bahas itu soal selera musik yang berbeda-beda.
Ada yang suka musik ballad, pop, jazz, rock, endebrei, endebrei. Masing-masing punya kesukaan sendiri. Sebelum memutuskan membahas ini di #SusupoCantik, Ila menanyakan saya soal rekomendasi musik terbaru, duh duh, playlist saya malahan sudah tuaaaaa banget isinya. Selain Tulus, Adhitia Sofyan, Payung Teduh, Raisa, Isyana, Andien, dan juga kawanan lagu Adele dan Bruno Mars serta Maroon 5 (haha banyaknya), saya juga adalah penggemar All 4 One garis keras. Yup, lagu-lagu boyband zaman saya bahkan belum lahir mereka sudah tenar itu menghiasi playlist gawai saya. Jadi ya, saya kurang update soal lagu-lagu barat yang sekarang sedang happening, kecuali ya Closer punya The Chainsmoker memang akrab banget ya, di mana-mana membahana soalnya.
Kesayangannya akuh >.< (cr) |
Kembali ke selera musik masing-masing orang, nah, banyak nih yang mengkotak-kotakkan selera musik dengan kepribadian atau diri kita. Misalnya, maaf ya, ketika seseorang suka mendengarkan lagu band Wali, mereka dikatai kampungan. Atau, ketika menggemari gila-gilaan band Ungu atau Vagetoz, serta merta ada yang mengatainya kampungan. Walau saya memang tidak pernah menyukai band-band serupa, saya ndak serta-merta juga setuju kalau pendengar setia lagu band-band demikian adalah kalangan kampungan, atau sebutan kekiniannya, alay.
Hm, mau bilang apa ya, walau lagi-lagi memang banyak di antara pendengar mereka yang masuk jajaran alay tadi, tapi tidak semua, kok ya. Saya pun merasa oke-oke saja ketika di dekat saya ada yang memutar lagu-lagu Seventeen, atau bahkan ketika di angkot pak sopirnya mutarin lagu-lagu Hijau Daun or something, I am okay kok, hehe. Malahan ada juga sih beberapa lagu dari mereka itu yang lumayan asyique untuk didengarkan, dan ngusir-ngusir sepi juga, walau ya saya tidak memasukkannya ke dalam playlist di gawai.
Angkot super GAWLLL, siap memecah jalanan dengan suara dumdumtasssnya. (cr) |
Penyanyi seperti Tulus, Banda Neira, atau Barasuara memang sepertinya memiliki penggemar dengan tingkat musikalitas yang rata-rata baik, walau saya tidak termasuk di dalamnya mungkin, ketika melalui serangkaian tes. Pokoknya, penggemar mereka memang kurang bahkan mungkin yaaa, hampir tidak ada yang masuk jajaran anak muda alay. Lagu mereka pun butuh waktu untuk mencerna, dan bahkan kadang saya sendiri kesulitan mencernanya, apalagi ketika Adhitia Sofyan mengalunkan lagu berbahasa Inggrisnya yang super puitis, mak, saya bawa catatan kecil loh di tangan, haha.
Okay, noted! (cr) |
Mungkin karena itu, musik mereka dinikmati kalangan tertentu juga. Eh tapi, kok di iTunes (karena saya pengguna iOS), musik-musik mereka itu yang menempati urutan terbanyak dibeli? Hm, ini menurut saya sih, karena kebanyakan penggemar mereka sudah dewasa dan di antaranya mapan, dan lagi-lagi karena mereka paham soal musik dan karya, mereka ndak mau dong kalau download musik bajakan. Dududu, #SayaBangga karena walaupun penghasilan saya ndak super-super amat, tapi saya selalu membeli karya musik yang legal, soalnya kan kasihan dan rasanya sayang banget gitu menyia-nyiakan cinta menyalahgunakan hasil karya seorang Tulus, misalnya. Jadi ya, saya setia menyisihkan uang untuk beli IGC buat unduh musik favorit saya di iTunes. Yuhuuuu.
Tapi, ndak semua juga kok demikian. Saya kan ndak menggeneralisasikan sejak awal ya, kalau penggemar band-band yang saya sebutkan di atas itu anak alay. Soalnya, fakta di lapangan, saya punya seorang teman zaman kuliah dulu, beliau ini adalah salah satu pemusik yang menurut saya karyanya luar biasa, walau belum masuk jajaran pemusik top, tapi saya yakin kalau suatu saat dia bisa. Nah, dia ini selera musiknya bagus-bagus banget, saya bahkan terkadang susah buat ngejangkaunya. Tapi, ketika bicara soal musik, dia juga suka loh sama salah satu band yang saya sebutkan tadi. dia bilang, selama musik itu bisa dan nyaman untuk kita nikmati, ya lanjutkan.
Jadi, jawabannya sih jangan sampai ada "kotak-kotak" yang mendefinisikan kita, berdasarkan selera musik kita. Pokoknya yang penting itu baik, nyaman didengarkan, wes lanjut aja. ASALKAN jangan beli yang bajakan, Gengs. Jangan mengaku Sahabat Kotak, kalau kalian masih beli CD atau download lagu Kotak secara ilegal, jangan mengaku EXO-L kalau menikmati karya mereka masih lewat jalur yang salah. Pokoknya jangan, mereka lelah banget loh untuk menghasilkan suatu karya sepanjang 3 menit yang bisa mengusir galau kalian. Mereka melewati berbagai hal yang sulit untuk bisa sampai di telinga kalian.
And the last but not least, tolonglah kembalikan kejayaan dangdut masa lalu yang memang benar-benar "menjual" kualitas dari lagu dan penyanyinya, bukan "jual" badan dan desahan ndak jelas, bikin rusak saja kau!
Masak-masak sendiri.HOBAHHHH. *sampai sekarang suka nyanyi lagu ini* (cr) |
See you in the next post, Gengs!
XOXO.
Saya sependapat. Tapi masih banyak orang-orang arogan diluar sana yang "Mengkotak-kotakan musik.
ReplyDeleteHaha, iya sih. Mereka kayak bikin gap. Padahal mah kita menikmati aja ya? :)
DeleteSetujuu mbaaak. Selama itu baik dengarkan 😁😀 tfs mbaak salam kenaal yaakk 🙏😄
ReplyDeleteIya kan? Sepakat banget, yang penting nggak ganggu juga sih ya. Contohnya saya sering agak sebel sama orang yang nyetel musiknya keras2 di ruangan tertutup. Ndak semua loh orang senang sama playlist kita.
DeleteSalam kenal juga, Mbak Lucky! :)
Saya jatuh cinta banget sama musik-musiknya Uda tulus, huaaaa. Good words btw.
ReplyDeleteSalam,
Syanu
Halo, syanu. wah kita samaan dong! *high five*
ReplyDeleteSelera musik bisa berubah ya btw, dulu aku suka yang pop, makin ke sini makin suka sama musik yang lembut dan lantunannya nyaman di telinga, tsedaaap ~
ReplyDeleteSalam,
Shera.
Iya sih, Mbk. Aku malah biasanya otomatis sakit kepala kalau dengerin musik keras, mungkin sugesti aja sih sebenarnya.
DeleteKeren bengitss, Kiki. Mungkin krn kecenderungan kt itu adh judge book by its cover ya. Olehnya tulisanmu ini menginspirasi lahirnya quote dont judge someone by his/her music.. ��
ReplyDeleteHalo, Kak Arham. Terima kasih sudah sudi mampir di sini. Haha, iya sih, ndak bisaki judge orang dari musik yang senang dia dengarkan. Sepakat?
Delete