Kepada yang Kita Sebut Masa Lalu
cr |
sedetik setelah sauh dilepas pulang
telah kita balikkan arah mata angin yang ke sebelas
di batas-batas cakrawala yang berubah amarah
semampunya kita usir sesak yang datang seterusnya
menjaga apa yang sudah dititahkan sebelum lepas napas dari kerongkongan
begitu sulit jika harus berdamai dengan segala kesakitan yang akarnya sudah menghujam
: dia, kenangan itu, serupa mengakar pada apa-apa yang telah melekat pada kita
selimut di kamar
gelas kopi yang ukirannya menua
ruang tengah yang hangat
rak buku yang sesak
semuanya, tidak ada yang tidak ia tempati
bercokol dan berdiam sembari menatap penuh muak
tak mau lepas, tak juga mau berbaik hati
kepada air mata yang sudah menganak sungai sedari tahun kemarin
tak ada pula belas kasih yang ia simpan di sana
kita; kata kebanyakan, serupa pesakitan yang senantiasa lupa tanggal
entah, kapan kita akan berakhir pada apa yang kita panggil masa lalu
Luwuk, 2016
Kepada ia yang kerap teringat, namun enggan untuk kembali ke pelukan </3
ReplyDeleteSalam,
Gianta