Tuan dengan Mata Penuh dan Kacamata Hitamnya
pagi ini saya berhasil mencuri pandang ke arahmu
diam-diam memerhatikan gurat senyummu yang selalu memesona
walau terhitung jarak waktu yang begitu senjang, sampai kita dipertemukan kembali hari ini
ini puisi?
bukan.
saya selalu tidak berhasil merangkai kata-kata indah buatmu
selalu gagal.
entah di alinea ke berapa, kepala saya bertemu buntu
kamu terlalu indah untuk saya gambarkan dalam jajaran frasa
saya hanya bisa membenturkan ingatan saya pada bingkai kotak kacamata hitammu,
pada wajah sawo matangmu,
pada senyum ramahmu,
pada suara beratmu saat menyapa saya,
pada pesan-pesan pendekmu,
pada rambut legam panjangmu,
dan kesemuanya selalu berhasil mencuri nyenyak saya
membuat saya terdiam lama
pun kadang, membuat saya terlihat bodoh; senyum-senyum sendiri menatap kejauhan
Ah, ingat potongan kalimat ini?
"kalau cinta, mengapa tidak kau katakan?"
"perempuan tidak pantas mengungkapkan."
Ya.
saya hanya bisa diam
menyelipkan namamu banyak-banyak di doa saya
mengirim banyak semoga tentang kita, di antara rinai yang menderas
berharap waktu akan berbaik hati menjawab
(tertawa getir)
saya hanya bisa tersenyum
tertunduk diam
saya selalu berharap, tiada pernah bertemu kecewa
tapi ah, apalah ini
mungkin kamu pun tak akan pernah sampai pada tumpukan-tumpukan tulisan ini.
Penghujung Maret, ketika
saya disesaki perihal kamu, Tuan.
Perempuan Teratai
Comments
Post a Comment