Kita; Kenangan yang Sulit untuk Menguap
Kenangan selalu berkelebat dalam kepala. Semacam lautan kisah yang mengumpul di tepi kepala, lalu menjelma menjadi ombak-ombak beriak yang indah, seraya memantul-mantul dengan suara yang indah.
Ah, saya ingin bercerita tentang kenangan saya bersama saudara-saudara hebat saya di Forum Lingkar Pena Makassar. Tiga hari kemarin, tepat tanggal 2-4 Mei 2014, kami mengadakan perekrutan anggota baru atau istilah kerennya Training of Writing and Recruitment di Leang-Leang Maros, Sulawesi Selatan. Ini adalah kali sekian saya menjadi panitia dalam kegiatan sejenis, dan saya tidak pernah merasa bosan apalagi penat dengan semuanya.
Sebenarnya, dalam kegiatan kali ini, saya tidak termasuk dalam daftar kepanitiaan. Ketika diminta untuk masuk dalam daftar, saya menolak halus sebab ada banyak tugas yang menumpuk dan rewel tak ingin ditinggal. Namun, empat hari sebelum kegiatan, saya memiliki cukup space untuk bisa ikut menceburkan diri dalam kegiatan, sehingga saya putuskan untuk ikut serta dalam rapat final atau Technical Meeting sehari sebelum keberangkatan. Saya merasa sangat tidak nyaman, sebab beberapa teman lain sudah berlelah-lelah menyusun banyak hal mengenai kegiatan, dan saya hanya hadir di kali terakhir rapat dan langsung mau ikut campur dalam kegiatan, tapi karena teman-teman yang lain merasa baik-baik saja -bahkan mereka meyakinkan saya untuk ikut serta-, maka tentu saja saya tak ingin melewatkan kesempatan ini.
Di malam sebelum keberangkatan, saya mendapatkan kasus yang cukup serius dan tidak mengenakkan. Salah seorang teman saya membajak akun WhatsApp saya dan mengirimi beberapa pesan tidak baik ke beberapa grup dalam akun saya, termasuk grup FLP Makassar. Disini, saya ingin mengklarifikasi segalanya agar menjadi cerah dan tidak buram, semoga teman-teman keseluruhan bisa mengerti.
Keesokannya, saya membulatkan tekad untuk ikut serta, walau dengan hati yang agak berat karena kasus di malam sebelumnya. Tapi dengan niat karena Dia, saya akhirnya bisa melangkah dengan mantap. Saya berangkat beberapa jam sebelum waktu penentuan sebab masih ada beberapa titipan amanah dari teman yang lain, kemudian langsung ke tempat Kak Syirah untuk kemudian sama-sama bertolak menuju titik berkumpul sebelum berangkat bersama.
Hujan deras siang itu. Kami berkumpul di Masjid Universitas Cokroaminoto Makassar untuk kemudian berangkat bersama-sama dengan menggunakan angkot. Wajah-wajah semangat sudah nampak bersinar dari para panitia terlebih peserta. Hujan rupanya tidak berpengaruh dalam menyurutkan semangat-semangat kami. Saya memanjatkan seratusan juta doa ke langit, berharap agar apa yang akan kami lakukan bernilai pahala di sisiNya. Hujan semakin menderas. Suara derum di pelataran semen masjid semakin terdengar riuh. Tidak lama setelah itu, angkot pesanan sudah tiba. Kalau tidak salah ada lima atau enam angkot. Kami naik satu persatu dengan wajah yang masih antusias.
Jalanan padat merayap saat angkot yang kami tumpangi membelah wajah Makassar. Hujan tidak mau kalah derasnya. Bunyi atap angkot seperti dihujam bebatuan. Jalanan dibanjiri air kecokelatan dan dipadati wajah-wajah tidak sabaran dari para pengendara roda dua maupun roda empat.
Foto diambil saat angkot sedang melaju. Maaf fotonya miring. :D |
Selepas melewati jalan provinsi, kami mulai memasuki daerah menuju kawasan Leang-Leang. Sejauh mata memandang, di sebelah kanan kiri terhampar luas dataran sawah yang menghijau serta pegunungan yang menjulang indah. Banyak anak-anak bermain bola di lapangan becek. Mereka berteriak riuh senang satu sama lain. Bau tanah basah menguar masuk ke dalam angkot. Seketika, semua saraf otak saya terelaksasi secara sempurna setelah minggu-minggu melalahkan di bangku kuliah.
Kami memasuki gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Kawasan Leang-Leang". Saya tidak sempat memotret gambar sebab angkot masih melaju di atas jalan aspal yang lumayan mulus. Langit mulai menampakkan gradasi yang menawan. Cokelat oranye. Indah sekali. Setelah menghabiskan waktu cukup lama di angkot dan mendapati kaki kami kram, akhirnya semua terbayar lunas ketika kami sampai di lokasi. Subhanallah, sangat indah dan menawan.
Suasana sore di Cagar Budaya Leang-Leang. Sampai di tempat langsung pose a la seolah-olah. :p |
Semua lelah rasanya terbayar lunas. Kami mulai menurunkan satu persatu bawaan dari angkot sembari menunggu rombongan berikutnya tiba, sebab kami adalah rombongan pertama yang dilepas ke lokasi. Tak berselang lama, akhirnya semua rombongan sudah lengkap berkumpul dan kami masuk ke dalam cottage yang disewa untuk ditempati menginap.
Pembukaan acara di mulai sebelum Magrib. Kami berkumpul di halaman cottage dan memulai acara. Pembacaan kalam Illahi terasa begitu menyentuh ditemani alunan merdu dari jangkrik dan desau angin. rasanya saya tak ingin beranjak dari tempat itu.
Semuanya menunduk hikmat. |
Materi pertama dimulai. Tentang ke-FLP-an. Disusul mengenai dakwah kepenulisan. Peserta menyimak dengan seksama. Wajah-wajah antusias terpancar dari raut mereka.
Malam kemudian semakin menua. Kami, para panitia, berjalan menuju ruang aula untuk mengadakan briefing. Wajah lelah mulai nampak, tapi tak ada satu pun gumam keluhan yang keluar dari mulut kam. Semua tersumpal dengan rasa bahagia akan ukhuwah yang terjalin.
Panitia akhwat menempati sebuah rumah sewaan untuk beristirahat. Letaknya sekitar lima puluh meter dari lokasi. Pukul 01.40 kami berjalan beriringan menuju rumah sewaan. Suasananya gelap sekali. Beberapa dari panitia akhwat bergumam sedikit takut. Saya pun bergidik ngeri. Bukan, bukan takut bertemu hantu atau sejenisnya, tapi lebih kepada ngeri jika di tengah jalan ada hewan melata buas yang kami injak dan sebagainya. Alhamdulillah, kami tiba di rumah sewaan dengan selamat. Setelah berbenah diri, kami tenggelam di alam tidur.
Esok paginya, kegiatan dimulai dengan olah tubuh. Peserta dan panitia akhwat dan ikhwan dipisah. Kami, para akhwat, melakukan games konsentrasi yang dikepalai oleh Kak Isma. Permainannya cukup seru. Saya mendapat giliran main, dan Alhamdulillah saya tidak terkenai hukuman sebab saya cukup konsentrasi hari itu. Selepas olah tubuh, para peserta diminta untuk mandi pagi, pun dengan panitia. Namun saya, Kak Ismi dan Kak Isma memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak ke sawah.
Pemandangan Leang-Leang pagi hari. Cantik, kan? |
Sawah. Hijau. Saya merasa damai. |
Begitu banyak kegiatan yang inshaa Allah positif yang kami lakukan. Persaudaraan yang terjalin kuat. Saling berbagi tawa. Belajar lebih bersabar saat mengantri di kamar mandi. Banyak. Semua kenangan itu terlalu berharga untuk dilupakan dan tidak dicatat dalam buku kenangan.
Spanduk depan gerbang. Ciamik. |
Cottage sewaan kami. Sederhana namun sesak kenangan. |
Pemandangan dekat aula. |
Leang-Leang dengan banyak batu raksasanya. Kokoh, tapi tetap menawan. |
Sedang menjadi mentor untuk peserta di sesi penulisan cerpen. Saya juga ikutan nulis. :) |
Pemandangan sawah. |
Gua di Leang-Leang. |
Panitia luar biasa. Mengangkat pasokan air minum ke dalam cottage. Mereka mengatas namakan diri mereka; Barbie Gang. :D |
Panitia yang luar biasa. :') |
Foto bersama di antara bebatuan raksasa. Panitia ToWR Leang-Leang WOW! |
11:47, saat perut mulai keroncongan namun senyum masih terus mengembang.
keak.a lebih keren dari towr pucak hahaha
ReplyDeleteeh pernah ke Ramang? di sana jg keren