Meminang Hujan
Izinkan saya menikahi hujan
mencumbu rintiknya dengan deretan kecup
memeluk derainya dengan isakan tawa
biarkan saya membeku di batas jemarinya
biarkan saya tetap berdiri menengadahkan kepala saya dengan seonggok tanya
di bawah rinainya
Mungkin saya terlalu sibuk membuat perkiraan
pun pikiran saya sesak untuk menarik banyak kesimpulan di sana-sini
atau juga saya terlalu bodoh dalam melihat kesempatan yang sesungguhnya bukan kesempatan
Genangan air hujan selalu membuat saya bertekuk
seperti ada seribu kunang-kunang di sana
masih ingat saat kita menikmati jagung bakar berdua di bawah pohon akasia?
kau tersenyum memamerkan gigi-gigi kelincimu
saya merapikan anak rambutmu yang dimainkan sepoi
Ini mungkin terlalu menyesakkan
tapi buat saya,
meletakkan titik pada cerita ini rasanya benar
Lalu hujan masih mengetuk jendela kamar saya
20:27
Di saat tugas kuliah menumpuk dan saya hanya bersedia membuka laman blig ini.
wow.. tugas kuliah bisa mengundang kontroversi hati rupanya...
ReplyDelete