TU(nggu)AN
Tuan, kaki kita belum menapak di tempat yang sama
tapi kita selalu saksikan hujan yang serupa, kan?
hujan yang menari tertawa-tawa
dan gemerutuk tuturan awan
Tuan, selalu ada cerita dari detik yang kemarin
serumpun kisah yang mungkin telah tergores jauh hari sebelumnya
ah, ini bukan tentang yang kita selalu guratkan
mencari sepotong cinta lebih sulit daripada mencungkil segenggam timah
Tuan, mungkin ini belum usai
belum sepenuhnya hilang
dari buku-buku kehidupan kita
ini belum lekang dari pergeseran detik
masih menghujam di dentum dada kita
Tuan, ingin kau rajut kembali cerita itu?
siapkanlah pena dan kertas terbaik yang kau punya!
Kampus. Saat hujan merintih-rintih. Lalu kemudian cerah tanpa sisa
Comments
Post a Comment