Officially, I am 19 Years Old :')
Pagi ini saya terbangun tepat pukul 06:00 tidak kurang tidak lebih. Teringat bahwa, sembilan belas tahun yang lalu, tepat di tanggal enam bulan ke enam dan pukul enam pagi, saya dilahirkan penuh perjuangan oleh Mama tercinta. Saya memecah tangis saya pertama kali di tempat yang bernama dunia, setelah sembilan bulan lamanya mendekam di tempat terindah, rahim kokoh Mama.
Lalu?
Saya menyadari, sembilan belas tahun sudah saya menghirup segala nikmat dari Dia. Nikmat di mana saya tak perlu mengeluarkan sepeserpun rupiah untuk itu. Apalah saya ini, seorang hamba yang papah dan tak punya daya.
Kemudian?
Terimakasih kepada Sang Maha Kasih, yang masih memberikan saya kesempatan untuk menjadi khalifah di dunia ini untuk diri saya sendiri. Tulisan kecil ini tak akan pernah sanggup memuat segala bentuk perterimasyukurkasih saya pada Engkau.
Selanjutnya?
Ah, Mama Wati. Mama selalu menjadi daftar urutan kedua setelah Dia. Terimakasih sudah mendidik saya dan menjaga saya dalam kurun waktu yang tidak singkat ini. Semoga Dia menjadikan apa yang telah Mama lakukan untuk saya sebagai pemberat seberat-beratnya amal di hari perhitungan kelak. Aamiin. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi, dada saya sesak oleh antrian haru.
Berikutnya?
Bapak juara satu seluruh dunia, Ir. Adrin Sululing. Terimakasih untuk segala kisah di sembilan belas tahun milik saya. Sungguh, saya cinta waktu-waktu bersamamu selama sembilan belas tahun ini, dan juga puluhan tahun kelak yang akan dijatahkan Dia untuk kita. Terimakasih untuk segala doa dan kecupan di ubun-ubun saya setiap pagi. Terimakasih. Tanpa Bapak, saya bukan apa-apa.
Setelah itu?
Nikmat persaudaraan. Sahabat-sahabat, senior-junior, kerabat seperjuangan, dan seluruh instansi terkait (haha), serius, terimakasih telah mengajarkan saya arti sebuah nikmat setelah agama yang mulia ini. Kalian, seluruhnya, yang pernah mencoreti lembar hidup saya sembilan belas tahun terakhir, terimakasih. Kalian adalah cinta. Adalah haru. Adalah pendewasaan. Adalah kasih sayang.
Intinya, terimakasih kepada semuanya atas sembilan belas tahun yang hebat ini. Baiklah, sembilas tahun berarti tuntutan lebih buat saya. Segala kecemasan dan keharusan naik ke level yang lebih tinggi. Segala kewajiban lebih mulai membayang. Yang terpenting, jubah kematian semakin dekat dengan diri saya. Semoga di sisa usia yang entah berapa lama lagi, saya bisa melakukan yang terbaik untuk semua, agama, orang tua dan keluarga serta sahabat, bangsa diliputi tanah air. Aamiin.
Sembilan belas tahun, bersikap manis ya? Jalani segala perintah yang diturunkan dari langit untukmu atas saya. Senang jumpa dengan kamu!
Pagi. 07:38. Cerah. Belum mandi. Senyum.
Kio dan sembilan belas tahun. :')
Lalu?
Saya menyadari, sembilan belas tahun sudah saya menghirup segala nikmat dari Dia. Nikmat di mana saya tak perlu mengeluarkan sepeserpun rupiah untuk itu. Apalah saya ini, seorang hamba yang papah dan tak punya daya.
Kemudian?
Terimakasih kepada Sang Maha Kasih, yang masih memberikan saya kesempatan untuk menjadi khalifah di dunia ini untuk diri saya sendiri. Tulisan kecil ini tak akan pernah sanggup memuat segala bentuk perterimasyukurkasih saya pada Engkau.
Selanjutnya?
Ah, Mama Wati. Mama selalu menjadi daftar urutan kedua setelah Dia. Terimakasih sudah mendidik saya dan menjaga saya dalam kurun waktu yang tidak singkat ini. Semoga Dia menjadikan apa yang telah Mama lakukan untuk saya sebagai pemberat seberat-beratnya amal di hari perhitungan kelak. Aamiin. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi, dada saya sesak oleh antrian haru.
Berikutnya?
Bapak juara satu seluruh dunia, Ir. Adrin Sululing. Terimakasih untuk segala kisah di sembilan belas tahun milik saya. Sungguh, saya cinta waktu-waktu bersamamu selama sembilan belas tahun ini, dan juga puluhan tahun kelak yang akan dijatahkan Dia untuk kita. Terimakasih untuk segala doa dan kecupan di ubun-ubun saya setiap pagi. Terimakasih. Tanpa Bapak, saya bukan apa-apa.
Setelah itu?
Nikmat persaudaraan. Sahabat-sahabat, senior-junior, kerabat seperjuangan, dan seluruh instansi terkait (haha), serius, terimakasih telah mengajarkan saya arti sebuah nikmat setelah agama yang mulia ini. Kalian, seluruhnya, yang pernah mencoreti lembar hidup saya sembilan belas tahun terakhir, terimakasih. Kalian adalah cinta. Adalah haru. Adalah pendewasaan. Adalah kasih sayang.
Intinya, terimakasih kepada semuanya atas sembilan belas tahun yang hebat ini. Baiklah, sembilas tahun berarti tuntutan lebih buat saya. Segala kecemasan dan keharusan naik ke level yang lebih tinggi. Segala kewajiban lebih mulai membayang. Yang terpenting, jubah kematian semakin dekat dengan diri saya. Semoga di sisa usia yang entah berapa lama lagi, saya bisa melakukan yang terbaik untuk semua, agama, orang tua dan keluarga serta sahabat, bangsa diliputi tanah air. Aamiin.
Sembilan belas tahun, bersikap manis ya? Jalani segala perintah yang diturunkan dari langit untukmu atas saya. Senang jumpa dengan kamu!
Pagi. 07:38. Cerah. Belum mandi. Senyum.
Kio dan sembilan belas tahun. :')
Comments
Post a Comment